Kenaikan upah dan penghapusan outsourcing menjadi isu sentral dari gerakan para buruh, tidak hanya buruh di Balongan tetapi buruh secara keseluruhan. Wajar, kalau buruh mengangkat isu ini.. karena selama ini buruh terus menjadi pihak yang selalu dirugikan oleh kebijakan-kebijakan yang lebih menguntungkan pemilik modal. Itu persepsi dari sudut pandang buruh. Lain halnya dengan persepsi dari sudut pandang pengusaha/pemilik modal, mereka memberi upah minimum kepada pekerjanya karena mereka merasa biaya produksi tinggi sehingga alokasi anggaran buat upah pekerja/buruh menjadi minim dan bagi mereka itu cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi pekerjanya. Entah.. persepsi siapa yang benar? masing-masing pihak mempunyai alasan-alasan yang menguatkan persepsi mereka masing-masing.
Lalu apakah dengan kondisi yang dilematis ini kita hanya diam, tanpa berbuat untuk menghasilkan sebuah solusi? tentu tidak. Menurutku dari pada pihak pekerja ribut mempermasalahkan upah, lebih baik mereka membuat usaha atau berwira usaha (menjadi pengusaha ) dan membuka peluang usaha. Setelah itu, mereka lakukan kenaikan upah untuk pekerjanya. Realisasikan idealismenya pada saat menjadi buruh... menjadi sebuah tindakan nyata yang mengangkat nasib para pekerjanya. Sanggupkah?
Lalu apakah dengan kondisi yang dilematis ini kita hanya diam, tanpa berbuat untuk menghasilkan sebuah solusi? tentu tidak. Menurutku dari pada pihak pekerja ribut mempermasalahkan upah, lebih baik mereka membuat usaha atau berwira usaha (menjadi pengusaha ) dan membuka peluang usaha. Setelah itu, mereka lakukan kenaikan upah untuk pekerjanya. Realisasikan idealismenya pada saat menjadi buruh... menjadi sebuah tindakan nyata yang mengangkat nasib para pekerjanya. Sanggupkah?
0 komentar:
Posting Komentar