• PAKEM (PEMBELAJARAN AKTIF KREATIF DAN MENYENANGKAN)


    Pembelajaran PAKEM sudah banyak diulas oleh banyak pihak dengan beragam persepsi dan konotasi. Sebagian menjabarkannya secara konseptual, sebagian lain lebih menekankan sisi teknis, dan tidak jarang pula yang menekankan sisi yuridis. Paparan kali ini sangat boleh jadi hanya akan memperkaya khazanah tersebut, sekalipun sangat boleh jadi berbeda sama sekali.
    DARI PENGAJARAN KE PEMBELAJARAN
    Istilah “pembelajaran” merupakan salah satu unsur penyusun akronim PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Di lingkungan pendidikan di Indonesia, penggunaan istilah “pembelajaran” sedemikian popular, menggeser istilah pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang biasa digunakan sebelumnya, yaitu pengajaran (instructional).
    Perubahan istilah tersebut dilakukan berkaitan dengan diusungnya paradigma baru pendidikan yang dicanangkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan di negeri ini. Paradigma pendidikan di Indonesia sebelumnya lebih dekat pada filsafat esensialisme dan pendekatan tradisional. Dalam praktiknya, paradigma tersebut lebih pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered). Sementara paradigma baru konon berpijak pada paham konstruktivistik, yang dalam praktiknya mengedepankan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered).
    Istilah pembelajaran (learning) memiliki konotasi berbeda dari pengajaran (teaching atau instruction). Istilah pengajaran lebih mencerminkan proses transfer pengetahuan dari guru kepada siswa, sementara istilah pembelajaran lebih bermakna pemberdayaan, yaitu usaha membuat siswa belajar, dan membangun pengetahuannya sendiri.
    TENTANG PAKEM
    Istilah PAKEM tampaknya merupakan hasil kreasi para perancang kurikulum pendidikan nasional. Berdasarkan pola dan model pendekatan pembelajaran yang biasa digunakan, istilah tersebut jelas sekali berasal dari konsep pembelajaran aktif (active learning) yang berkembang di negara-negara Barat beberapa waktu terakhir. Konsep tersebut dipadukan dengan pembelajaran kuantum (quantum teaching dan quantum learning) yang pola pendekatan menyerupai pembelajaran aktif.
    Istilah kreatif, efektif dan menyenangkan dalam akronim tersebut merupakan konsekwensi dari pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dalam menggali dan membangun pengetahuan untuk dirinya sendiri. Guru bukan satu-satunya sumber pengetahuan siswa sebagaimana sebelumnya. Peran guru berubah menjadi fasilitator dan dinamisator pembelajaran, yang bertugas:
    1.      Memfasilitasi atau mewadahi kegiatan belajar siswa.
    2.      Membangun suasana belajar yang kondusif sehingga siswa merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar.
    3.      Mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai tujuan yang diharapkan.
    Perubahan peran tersebut menuntut guru yang mampu mengembangkan berbagai kreasi dalam mengembangkan model-model pembelajaran. Guru merupakan perancang skenario demi skenario kegiatan yang mendorong siswa belajar secara terarah (efektif), penuh semangat, saling bekerja sama, dan tanpa beban.
    Pendekatan active learning diyakini efektif untuk mengantarkan pada tujuan pembelajaran. Ibaratnya, siswa diminta mengisi botol dengan air. Botol yang dipegang oleh siswa akan jauh lebih cepat terisi bila siswa aktif berusaha mengisinya sendiri, dibandingkan bilamana guru yang mengisikan air ke botol siswa satu-persatu.
    Istilah menyenangkan merupakan konsekwensi dari pembelajaran model ini. Istilah menyenangkan dapat berarti menggembirakan (fun), membangkitkan gairah (passioning) belajar, dan mempesona atau menarik perhatian (attractive). Agar siswa aktif berusaha mengumpulkan pengetahuan, mereka harus terbebas dari rasa takut, bahkan berani melakukannya dengan penuh semangat dan senang hati.
  • 0 komentar:

    Posting Komentar