• KISAH PERJALANAN PENYELESAIAN STUDI - 2

    Setelah dua tahun berlalu, aku kembali menghadap pembimbingku, tetapi hingga beberapa bulan tak berhasil bertemu. Sepertinya beliau sangat sibuk. Kali ini aku tak lagi menyodorkan proposal penelitian, tetapi memberanikan diri menyerahkan draf laporan penelitian akhir yang telah aku buat sebelumnya. Aku berharap segera ada koreksi untuk kuperbaiki.

    Aku lega setelah bertemu pembimbing kedua, dan mendapat beberapa catatan untuk kuperbaiki, dan sekitar empat bulan berikutnya aku berhasil bertemu pembimbing pertama, Jawaban yang aku terima dari pembimbing pertama sungguh di luar dugaanku. "Penelitian macam apa ini? Saudara sangat lemah di bidang sosiologi. Sebaiknya saudara kuliah lagi dua semester di sini" Jawabnya dengan nada tegas. Lemas rasanya mendengar jawaban itu. Beliau menafikan sama sekali semua yang telah aku lakukan.
    Saat kembali bertemu, beliau menuliskan judul penelitian baru untukku. "Ini. Saudara buat disain dalam dua bulan" Ucapnya sembari menyodorkan judul penelitian baru di atas sebuah kertas. Meski dengan sedikit beban, segera saja aku tulis disain baru dan disetujui.
    Dalam dua bulan aku telah selesaikan tulisanku dan kuletakkan di meja kerjanya karena beberapa kali tak berhasil bertemu. Beberapa kali aku mencoba menghadap sembari menyerahkan naskah baru hasil perbaikanku sendiri, tetapi tak pernah berhasil bertemu.
    "Saya tanya satu hal. Kalau jawaban saudara benar, saya anggap seluruh laporan penelitian saudara benar" Jelasnya saat aku mendesak untuk diberikan koreksi.
    "Peran itu apa?" Tanyanya. Aku menjawab, "Peran adalah dinamika status..."
    "Fatal!" Sahutnya sebelum aku selesai menjawab.
    "Peran itu ....." Jelasnya.
    "Maaf definisi itu dapat saya peroleh di mana?" Tanyaku.
    "Saya menemukan referensi ini... " Sambungku sembari menunjukkan beberapa rujukan dan lembar foto copy. Beberapa saat beliau mencermati definisi yang aku buat dan membaca referensi yang aku sodorkan, dan diam beberapa lama.
    "Baik. Sebaiknya saudara pikir-pikir dululah. Saudara diskusikan sama orang-orang yang pernah meneliti hal seperti ini" Ucapnya mengakhiri konsultasiku. Aku hanya mengiyakan dan pamit, meski sejujurnya aku tak tahu harus melakukan apa.
    Aku hanya berusaha memperbaiki kembali konsep-konsep yang telah aku buat, lalu kuserahkan kembali untuk dikoreksi, tetapi hingga beberapa bulan berikutnya beliau sangat sulit kutemui. Setiap janji bertemu hanya berujung penantian. Lebih dua tahun lamanya aku hanya bolak-balik ke kantornya menyerahkan naskah baru yang telah kuperbaiki, tetapi tak pernah beliau baca.
    Kesal karena penantian yang begitu panjang sementara teman-temanku mulai lulus, dan kuatir dengan DO, akhirnya aku mengajukan pergantian pembimbing, tetapi ditolak oleh pejabat kampusku. Saat aku memaksakan pergantian, tanpa kuduga pembimbingku justeru marah besar. Aku dipanggil karena meminta pergantian pembimbing. "Saudara tetap dibimbing beliau. Saudara tak usah kuatir soal DO"
    Lemas batinku mendengar putusan itu. Aku harus tetap bersama pembimbingku itu, padahal hubunganku dengan beliau terasa sudah tak nyaman lagi. Beberapa minggu kemudian, tanpa kuduga aku mendapat SMS dari staf beliau, "Naskah saudara sudah saya acc, silakan diproses lebih lanjut"
    Kaget, senang dan bingung bercampur aduk di hatiku mendapat SMS itu. Segera saja aku menghadap beliau dan benar mendapat acc. Hingga benar-benar ujian  pendahuluan, aku harus menunggu hampir dua tahun lamanya sejak mendaftar.
  • 0 komentar:

    Posting Komentar